Manuver Politik Abdul Azis GWD dalam Pemilihan Ketua Umum APB
Strategi Jitu yang Berbuah Kemenangan

Keterangan Gambar : Abdul Adzis Saat pidato Kemenanganya
Manuver Politik Abdul Azis GWD dalam Pemilihan Ketua Umum APB: Strategi Jitu yang Berbuah Kemenangan
Editorial oleh Yusuf Sugiyono - Pemerhati Wisata & Lingkungan
- Edisi Jumat, 28 Februari 2025
Pemilihan Ketua Umum Asosiasi Pokdarwis Banyuwangi (APB) periode 2025-2029 yang digelar di Cluring Waterpark, Srono, pada 27 Februari 2025 ( Kemarin Red. ) , menjadi ajang penuh dinamika politik yang menarik. Manuver politik yang dimainkan oleh petahana, Abdul Azis GWD, menunjukkan bahwa strategi dan kalkulasi yang cermat bisa menjadi faktor penentu dalam sebuah kontestasi kepemimpinan, bahkan di lingkup asosiasi pariwisata.
Baca Lainnya :
- Menelisik Kabar Pesta Demokrasi: Pemilihan Ketua Umum APB 2025-2030
Bursa Calon Ketua Umum Asosiasi Pokdarwis Banyuwangi (APB) 2025-2030
Menyongsong Kepemimpinan Baru Asosiasi Pokdarwis Banyuwangi ( APB )
Menyongsong Kepemimpinan Baru Asosiasi Pokdarwis Banyuwangi ( APB )
Momentum Memilih Ketua Umum Baru Asosiasi Pokdarwis Banyuwangi
Sejak awal, Abdul Azis berkali-kali menyatakan bahwa dirinya tidak akan maju kembali. Pernyataan tersebut memicu banyak kandidat untuk tampil, terutama dari berbagai klaster yang melihat peluang terbuka lebar. Namun, di saat-saat terakhir pendaftaran, petahana justru mengajukan diri kembali atau dalih dicalonkan anggota lainya , Keputusan mengejutkan ini mengubah peta persaingan secara drastis, melemahkan semangat pencalonan dari beberapa klaster, termasuk Banyuwangi Barat 1 dan Banyuwangi Barat 2, yang akhirnya menarik diri dari kontestasi.
Pada tahap akhir, hanya tersisa tiga kandidat kuat yang maju sebagai penantang Petahana yaitu : M. Jauhari dari Klaster Tengah, Budi Mustika dari Klaster Selatan, dan M. Mahsun dari Klaster Utara—klaster yang sama dengan Abdul Azis. Namun, drama politik belum berakhir. Menjelang pemungutan suara, dua kandidat, Budi Mustika dan M. Jauhari, tiba-tiba mengundurkan diri. Budi bahkan meninggalkan lokasi sebelum pencoblosan dimulai, sementara Jauhari membacakan surat pernyataan pengunduran diri hanya beberapa menit sebelum pemungutan suara. Alhasil, pemilihan berubah menjadi duel antara Abdul Azis dan M. Mahsun.
Dengan total 46 suara sah dan 1 (satu ) suara tidak sah, hasil pemungutan suara menunjukkan dominasi Abdul Azis dengan perolehan 32 suara, sementara Mahsun hanya meraih 13 suara. Kemenangan ini menegaskan bahwa strategi politik yang dimainkan petahana berhasil mengamankan posisinya untuk periode kedua.
Salah satu aspek menarik dalam proses ini adalah kesepakatan bahwa pemenang akan menggandeng peraih suara terbanyak kedua sebagai wakilnya. Jika benar-benar direalisasikan, langkah ini bisa menjadi sinyal positif bagi pembangunan sektor pariwisata Banyuwangi yang lebih inklusif dan progresif.
Namun, tak dapat disangkal bahwa dinamika politik dalam pemilihan ini menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah pengunduran diri para kandidat merupakan keputusan pribadi, atau ada tekanan serta kalkulasi politik di baliknya? Apakah langkah Abdul Azis yang semula menyatakan tidak ingin maju, lalu berbalik arah, merupakan taktik untuk melemahkan lawan-lawannya?
Terlepas dari spekulasi tersebut, pemilihan Ketua Umum APB kali ini kembali membuktikan bahwa politik, dalam skala apa pun, tetap sarat dengan strategi, kalkulasi, dan kejutan di menit-menit akhir. Kini, setelah terpilih kembali, tantangan terbesar bagi Abdul Azis bukan lagi soal bagaimana memenangkan pemilihan, melainkan bagaimana ia dapat membuktikan bahwa kepemimpinannya mampu membawa Pokdarwis Banyuwangi ke tingkat nasional dan internasional, sebagaimana yang ia janjikan dalam visi dan misinya.
Publik dan anggota APB tentu akan menantikan apakah janji-janji tersebut benar-benar akan terwujud, atau hanya sekadar strategi politik untuk mengamankan kursi kepemimpinan.***